![]() |
Image: Left: Character design for Snowflake. Right: Character design for Safespace. Image: Marvel.com |
Marvel Comics menghadapi gelombang kecaman di media sosial setelah memperkenalkan pahlawan super non-biner pertamanya, Snowflake. Snowflake dan saudara kembarnya, Safespace, adalah karakter baru dengan kekuatan psikis yang akan menjadi bagian dari reboot New Warriors yang telah direncanakan.
Kedua pahlawan kembar ini diciptakan oleh penulis nominasi Emmy, Daniel Kibblesmith, dan seniman queer, Luciano Vecchio. Duo ini dijadwalkan muncul di The New Warriors Volume 6, sebuah seri tentang tim pahlawan super muda dengan daftar anggota yang terus berubah.
Namun, keputusan Kibblesmith dan Vecchio, yang keduanya adalah pria kulit putih cisgender, dalam menciptakan karakter kembar ini menuai kritik tajam. Mereka dituduh tidak sensitif dan "tidak peka" karena dianggap mengejek politik progresif. Istilah 'Snowflake' sendiri biasa digunakan untuk merujuk pada seseorang yang dianggap rapuh atau tidak rasional saat menyuarakan opini progresif terkait isu-isu sosial seperti ras, gender, dan seksualitas.
Kontroversi di Balik Nama dan Penampilan
Marvel mengklaim bahwa karakter-karakter ini "sangat menyadari budaya modern dan optik" serta melihat aksi kepahlawanan mereka sebagai "meditasi paska-ironis tentang penggunaan kekerasan untuk melawan bullying." Kibblesmith lebih lanjut menjelaskan tema "paska-ironis" ini dalam sebuah siaran pers, menyatakan bahwa si kembar adalah klaim kembali paska-modern dari ejekan-ejekan yang merendahkan.
"Snowflake dan Safespace adalah si kembar," katanya. "Nama mereka sangat mirip dengan Screentime [karakter baru lainnya]; ini adalah ide bahwa istilah-istilah ini yang sering dilontarkan di internet tidak mereka anggap sebagai merendahkan. [Mereka] mengambil kata-kata itu dan semacam memakainya sebagai lencana kehormatan."
Kibblesmith juga menyentuh penampilan dan kekuatan si kembar, yang telah menuai kritik karena penggunaan dan subversi warna biru dan merah muda yang khas gender.
"Safespace adalah seorang jagoan besar, berotot, semacam stereotypical jock. Dia bisa menciptakan medan gaya, tapi dia hanya bisa mengaktifkannya jika dia melindungi orang lain," jelasnya. "Snowflake adalah non-biner dan menggunakan kata ganti they/them, serta memiliki kekuatan untuk menghasilkan shuriken berbentuk kepingan salju yang mengkristal secara individu."
"Konotasi kata 'snowflake' dalam budaya kita saat ini adalah sesuatu yang rapuh, dan ini adalah karakter yang mengubahnya menjadi sesuatu yang tajam," tambahnya. "Snowflake adalah orang yang memiliki kekuatan lebih ofensif, dan Safespace adalah orang yang memiliki kekuatan lebih defensif. Idenya adalah mereka akan saling mencerminkan dan melengkapi."
Namun, penamaan dua karakter kulit hitam – salah satunya non-biner – sebagai 'Snowflake' dan 'Safespace' sama sekali tidak diterima dengan baik di dunia maya. Terlebih lagi, keputusan yang sedikit keliru untuk menciptakan karakter non-biner dengan motif biru muda.
Reaksi Warganet dan Perbandingan dengan DC Comics
Seorang pengguna Twitter menulis, "Menamai pahlawan super non-biner pertamamu Snowflake dan Safespace adalah hal paling tidak sensitif dan tidak peka yang bisa Anda lakukan." Pengguna lain menambahkan, "Kedengarannya seperti nama-nama yang Anda harapkan akan diberikan oleh seorang penulis yang mencoba mengolok-olok orang non-biner kepada karakternya."
Warganet lain menyuarakan kemarahan atas kurangnya sikap inklusif yang ditunjukkan sepanjang proses pembuatan karakter. "Sebagai kreator non-biner kulit hitam, ini sangat tidak peka dan buruk. 'Snowflake' 'safespace' apa kalian serius," tulisnya. "Pekerjakan kreator non-biner kulit hitam alih-alih orang kulit putih cisgender, terima kasih."
Ironisnya, tampaknya DC Comics mungkin akhirnya mengungguli Marvel dalam menciptakan karakter dengan representasi yang bermakna. Ketika serial TV animasi DC Comics, Young Justice: Outsiders, menampilkan pahlawan super non-biner bernama Halo (yang dikenal sebagai Violet Harper), para penggemar memuji serial tersebut atas representasi pengalaman identitas non-biner yang sensitif dan berdampak. Halo, yang juga seorang Muslim dan mengenakan hijab baik dalam identitas sipil maupun sebagai pahlawan super, 'mengungkapkan' dirinya sebagai non-biner di acara itu setelah menyadari bahwa meskipun penampilan luarnya perempuan, ia tidak merasa cocok dengan salah satu konstruksi gender. Para penggemar memuji pencerahan ini sebagai penggambaran yang akurat tentang identitas non-biner dan memuji upaya tulus DC dalam membangun representasi yang bijaksana.
0Komentar