BSCiTSWiTpOpGSG7BUC8TpA5Gd==
Breaking
News

Opini: Mengapa Media Lokal Harus Dipinggirkan di Kota Sendiri?

Ukuran huruf
Print 0
Opini: Mengapa Media Lokal Harus Dipinggirkan di Kota Sendiri?

Oleh: Redaksi

Event Swarna Songket 2025 seharusnya menjadi momen kebanggaan bagi Kota Palembang. Sebuah panggung budaya yang menampilkan identitas daerah di mata nasional. Namun, di balik kilauannya, terselip ironi yang menggores hati para pegiat media lokal: mereka justru dipinggirkan di kota sendiri.

Kebijakan Walikota Palembang Ratu Dewa yang lebih memprioritaskan wartawan nasional dalam pemberian fasilitas dan akses liputan menuai tanda tanya besar. 

Bukan sekadar soal ID Card peliputan atau jamuan makan siang, ini menyangkut penghargaan atas dedikasi jurnalis lokal yang selama ini mengabarkan denyut nadi kota—mulai dari acara besar hingga kegiatan sederhana di pelosok.

Mengutamakan media nasional memang bisa memberi sorotan luas. Namun, melupakan media lokal adalah sebuah kekeliruan strategis sekaligus moral.

Media nasional hadir hanya pada momen-momen tertentu, sementara media lokal adalah saksi dan pencatat sejarah keseharian Palembang, tanpa kenal waktu dan cuaca.

Lebih ironis lagi, tindakan ini bertolak belakang dengan slogan "Palembang BeRDaya, Palembang Sejahtera" yang kerap digaungkan sang wali kota.

Bagaimana bisa bicara “berdaya” bila salah satu pilar demokrasi—pers lokal—tidak diberdayakan? Bagaimana mungkin bicara “sejahtera” jika kerja keras insan media lokal tidak diakui dalam panggung sebesar ini?

Seharusnya, Pemkot melihat media lokal bukan sebagai pelengkap atau pelipur lara, melainkan mitra strategis dalam membangun citra kota. Perlakuan diskriminatif hanya akan menimbulkan jarak, mengikis rasa percaya, dan merusak hubungan yang telah lama terjalin.

Jika kebijakan ini terus dibiarkan, maka jangan heran jika publik mulai mempertanyakan: apakah slogan dan janji kampanye hanyalah retorika kosong? Apakah “Palembang Sejahtera” hanya berlaku bagi segelintir pihak yang dipilih?

Kami percaya, masih ada waktu bagi Pemkot untuk memperbaiki keadaan. Membuka ruang dialog dengan media lokal, memberikan akses yang adil, dan menghentikan praktik pilih kasih.

Karena di mata publik, keadilan bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi juga penghargaan terhadap mereka yang setiap hari menjaga denyut informasi kota.

Editorial ini adalah suara dari ruang redaksi yang peduli pada keadilan informasi, demi Palembang yang benar-benar berdaya dan sejahtera—untuk semua. (*Op/Faktakini)

Opini: Mengapa Media Lokal Harus Dipinggirkan di Kota Sendiri?
Periksa Juga
Next Post

0Komentar

Tautan berhasil disalin